Prestasi Akademik Anak Bisa Terganggu Gara-Gara Cuma Nyuci Piring?



      Dalam kehidupan sehari-hari, sudah menjadi hal yang lumrah jika orang tua memberikan tugas rumah tangga kepada anak mereka. Mulai dari menyapu lantai, merapikan tempat tidur, mencuci piring, hingga membantu memasak di dapur. Kegiatan ini kerap dianggap sebagai bagian dari pendidikan karakter di rumah, sebuah cara sederhana untuk menanamkan nilai tanggung jawab, kemandirian, dan disiplin sejak dini. Namun di balik maksud baik tersebut, tersimpan pertanyaan yang lebih dalam apakah keterlibatan anak dalam pekerjaan rumah tangga berdampak pada prestasi belajar mereka di sekolah?.

    Pertanyaan ini menjadi landasan utama dari penelitian yang dilakukan oleh Andi Sri Wahyuni pada tahun 2025 dengan judul "Dampak Tugas Rumah Tangga yang diberikan oleh Orang Tua terhadap Prestasi Akademik Siswa di Sekolah". Dengan menelaah dua puluh artikel penelitian terkini melalui metode studi literatur, ia berusaha mengungkap relasi antara pekerjaan rumah tangga dan keberhasilan akademik siswa. Hasil dari kajiannya menunjukkan bahwa pengaruh tugas rumah tangga terhadap prestasi belajar anak tidak bisa dilihat secara hitam putih. Ada sisi positif dan ada pula sisi negatif, tergantung pada bagaimana tugas itu diberikan, seberapa besar bebannya, dan sejauh mana orang tua memperhatikan keseimbangan antara tanggung jawab rumah dan kewajiban belajar.

    Di sisi positif, banyak temuan yang menguatkan bahwa anak-anak yang terbiasa terlibat dalam pekerjaan rumah tangga justru menunjukkan kinerja akademik yang lebih baik. Kegiatan seperti menyapu atau mencuci piring ternyata membantu anak belajar mengelola waktu, membentuk keterampilan hidup, serta menumbuhkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab. Semua kualitas ini mendukung pembentukan karakter anak yang kuat dan mampu menjalani kewajibannya di sekolah dengan lebih terstruktur. Bahkan di beberapa kasus, partisipasi anak dalam tugas rumah memberikan efek domino terhadap peningkatan hubungan emosional di dalam keluarga. Interaksi antara orang tua dan anak dalam berbagi tugas bisa menciptakan suasana yang lebih terbuka dan penuh dukungan, yang pada akhirnya berdampak positif pada motivasi dan prestasi belajar anak.

    Namun demikian, sisi gelap dari realitas ini juga tak bisa diabaikan. Tidak sedikit anak yang justru terbebani oleh pekerjaan rumah yang terlalu banyak atau tidak sesuai dengan usia dan kemampuan mereka. Anak perempuan di beberapa budaya bahkan lebih rentan terhadap hal ini, karena ekspektasi sosial yang menempatkan mereka lebih sering di ranah domestik. Beban berlebihan seperti itu dapat menggerus waktu belajar, menyebabkan kelelahan, bahkan memicu stres dan kecemasan. Anak yang terlalu sibuk dengan urusan rumah kadang datang ke sekolah dalam keadaan lelah, tidak fokus, atau bahkan malas belajar, ini tentu berdampak pada performa akademik anak.

   Melihat masalah yang ditimbulkan, solusi dan strategi yang bisa diterapkan oleh orang tua dan pendidik yaitu bagaimana orang tua mengatur waktu anak dengan bijak, anak perlu memiliki jadwal yang seimbang antara belajar, membantu di rumah, dan waktu untuk istirahat. Selain itu, penting bagi orang tua untuk tidak hanya memberi perintah, tetapi juga mengajak anak berdiskusi tentang tanggung jawab yang harus mereka emban. Ketika anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, mereka merasa dihargai dan lebih siap menjalankan tugas dengan kesadaran penuh, bukan karena paksaan.

   Dukungan emosional dari orang tua juga menjadi kunci penting. Anak yang merasa didengar dan diperhatikan emosinya cenderung lebih mampu mengelola stres, bahkan ketika harus menghadapi tuntutan dari dua sisi: rumah dan sekolah. Jika memungkinkan, beban kerja rumah tangga juga bisa dibagi secara lebih adil atau dibantu dengan dukungan eksternal agar anak tidak kewalahan.

   Melalui tulisan ini, kita belajar bahwa pekerjaan rumah tangga bisa menjadi alat pembelajaran yang sangat berguna bagi anak, selama dijalankan dengan porsi yang tepat dan pendekatan yang tepat. Anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan berprestasi, selama kita orang tua dan pendidik mampu menjaga keseimbangan antara peran mereka di rumah dan tugas utama mereka sebagai pelajar. Tulisan ini mengingatkan kita bahwa mendidik anak tidak hanya soal nilai rapor, tapi juga soal nilai kehidupan yang ditanamkan sejak di dapur, halaman, dan ruang keluarga.


Gambar Ilustrasi temuan penelitian: Dampak Tugas Rumah Tangga yang diberikan oleh Orang Tua terhadap Prestasi Akademik Siswa di Sekolah







Komentar